Daging merah seperti daging sapi dan kambing adalah sumber protein yang banyak diminati oleh banyak orang. Namun, konsumsi daging perlu dilakukan dengan bijak dan memilih daging yang berkualitas tinggi sangat penting, tidak hanya untuk server jepang kesehatan tubuh, tetapi juga untuk keberlanjutan lingkungan. Terlalu sering mengonsumsi daging bisa berdampak buruk, tidak hanya bagi kesehatan (seperti kolesterol dan hipertensi), tetapi juga untuk kelestarian bumi.
Mengapa Memilih Daging yang Baik Itu Penting?
Industri peternakan memiliki kontribusi besar terhadap emisi gas rumah kaca, khususnya gas metana yang dihasilkan oleh sapi dan kambing. Gas ini, yang muncul dari fermentasi dalam perut hewan, berperan dalam pemanasan global dan perubahan iklim yang dapat merusak ekosistem kita. Oleh karena itu, penting untuk memahami cara memilih daging yang baik dan segar, serta bijak dalam mengonsumsinya untuk mengurangi dampaknya terhadap lingkungan.
10 Cara Memilih Daging Sapi yang Segar dan Berkualitas
Berikut adalah panduan untuk memilih daging sapi yang segar, baik, dan ramah lingkungan menurut Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Republik Indonesia:
1. Perhatikan Warna Daging
Warna daging sapi adalah indikator utama untuk menilai kesegaran. Daging yang baik biasanya berwarna merah segar, tidak pucat, dan bersih. Warna ini bervariasi tergantung jenis dan usia hewan. Misalnya, daging sapi muda akan lebih pucat dibandingkan sapi dewasa, sementara sapi potong cenderung memiliki warna lebih gelap.
2. Periksa Tekstur Daging
Tekstur daging sapi yang segar seharusnya kenyal. Cobalah menekan daging dengan ringan. Jika daging kembali ke bentuk semula, itu menunjukkan bahwa daging tersebut masih segar. Sebaliknya, daging yang lembek dan tidak kembali ke bentuk asalnya menandakan bahwa daging tersebut sudah mulai rusak.
3. Perhatikan Aroma Daging
Daging yang segar memiliki aroma khas sapi yang segar. Jika daging mengeluarkan bau busuk atau asam, itu berarti kualitas daging buruk dan sudah mulai membusuk.
4. Cek Kandungan Air dalam Daging
Daging segar tidak berair dan memiliki permukaan yang relatif kering. Daging yang terlalu berair bisa jadi sudah lama disimpan atau bahkan merupakan daging yang telah disuntikkan air (gelonggongan) untuk membuatnya terlihat lebih gemuk.
Baca Juga : https://cowpalace.net/harga-daging-sapi-masih-mahal-di-kisaran-rp-140-ribu-per-kg/
5. Uji Keempukan Daging
Keempukan daging dipengaruhi oleh usia hewan. Semakin tua usia hewan, semakin kuat jaringan ikat pada dagingnya, yang menyebabkan dagingnya lebih keras. Tekan daging tersebut; daging segar dan sehat akan terasa kenyal, tidak keras atau lembek.
6. Periksa Kandungan Lemak atau Marbling
Marbling adalah lemak yang terdapat di antara serat otot daging. Lemak ini penting untuk cita rasa daging. Semakin banyak marbling, semakin lezat rasa dagingnya ketika dimasak.
7. Perhatikan Permukaan Daging
Permukaan daging sapi yang baik harus halus dan memiliki serat kecil. Daging dengan permukaan ini cenderung lebih empuk dan mudah dimasak dengan hasil yang lebih lezat.
8. Cek Tempat Penjualan Daging
Pastikan membeli daging di tempat yang bersih dan terjaga kebersihannya. Daging harus disimpan di suhu dingin yang tepat dan tidak terkena lalat. Membeli langsung dari peternakan lokal yang mengutamakan pakan ramah lingkungan juga lebih baik, karena mengurangi emisi gas metana.
9. Cek Sertifikasi Halal
Bagi umat Muslim, pastikan untuk membeli daging dari penjual yang memiliki sertifikasi halal dari MUI (Majelis Ulama Indonesia). Ini menjamin bahwa daging yang Anda konsumsi sesuai dengan ketentuan agama.
10. Perhatikan Masa Kedaluwarsa Daging
Pastikan daging yang Anda beli memiliki tanggal kedaluwarsa yang jelas. Daging yang disimpan dalam kulkas umumnya bisa bertahan sekitar 4 hari, sementara jika disimpan dalam freezer, daging bisa bertahan hingga 12 bulan tergantung jenis dan kualitasnya.
Dengan memahami cara memilih daging yang baik, kita bisa lebih bijak dalam mengonsumsinya dan juga lebih peduli terhadap kesehatan lingkungan. Dengan cara ini, kita dapat memenuhi kebutuhan protein tanpa merusak bumi.