Penyedia daging dalam negeri terdiri dari peternak rakyat, pengusaha penggemukan (feedlotter) dan importir. Sejumlah 90% pelaku utama penyedia daging sapi dalam industri peternakan sapi potong di Indonesia ialah peternak rakyat. Tipe sistem pemeliharaan di tingkat peternak rakyat menyebabkan produktivitas sapi potong rendah. Pemerintah sudah menentukan tanda sistem budidaya sapi potong yang bagus dan tertuang dalam Permentan Nomor 46/ Permentan/PK.210/8/2015. Indonesia mempunyai potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan sumberdaya genetik ternak sebagai pensupport dalam pembangunan peternakan sapi potong sehingga kebutuhan daging dalam negeri bisa terpenuhi. Tapi, pemberesan sistem agribisnis perihal peternakan sapi potong belum tersusun seperti pada sistem agribisnis sapi perah.
Secara lazim, keadaan pemasaran sapi (ternak hidup) di Indonesia sebagai berikut;
penetapan harga masih didominasi dan berdasarkan kepercayaan diantara pihak-pihak tertentu ialah para pedagang pengumpul (tengkulak/ blantik)
dalam menentukan berat/ bobot ternak dilaksanakan dengan menaksir berdasarkan pengalaman peternak dan blantik, bukan berdasarkan bobot jknailsbeauty.com ternak atau kriteria tertentu.
dominasi margin keuntungan pada lazimnya berada pada pedagang, bagus pengumpul atau blantik maupun pedagang besar di sentra konsumen, padahal peternak sebagai produsen ternak cuma mendapatkan margin keuntungan terendah
belum mengaplikasikan kriteria berat badan maupun menentukan grade/ kelas mutu dan mengaplikasikan alat ukur/timbangan sebagai dasar penentuan harga.
Meskipun keadaan pemasaran daging di Indonesia, secara lazim bisa ditunjukkan sebagai berikut;
Baca Juga : Kualitas Susu Sapi Peternak KSL Magetan Penuhi Standar Pabrik
Permintaan daging berkualitas untuk warga negara asing (WNA), kafe dan hotel masih dipenuhi dari impor.
Konsumen di Indonesia lebih menyukai daging segar (hot carcass), tidak menyukai daging beku (frozen meat), sehingga pasokan daging ditujukan untuk pemenuhan daging pada pasar becek (wet market).
Konsumen belum selektif terhadap bangsa dan usia potong ternak.
Mayoritas masyarakat mengkonsumsi daging pada peristiwa tertentu (hari besar keagamanan dan pesta)
Sekiranya harga daging sapi naik,masyarakat kelompok ekonomi ke bawah beralih ke daging ayam (tidak loyal).
Konsumen kelompok menengah ke atas lebih selektif terhadap mutu dan tenaga beli tidak terpengaruh oleh harga
Implementasi dari kesibukan budidaya sapi potong yang bagus diharapkan kapabel memenuhi animal welfare, sehingga segala kebutuhan sapi potong dan perlakuan yang bagus bagi ternak akan bisa mendukung kecakapan sapi potong untuk berproduksi secara maksimal. Kesibukan budidaya sapi potong mengaplikasikan pendekatan sapta usaha ternak yang terdiri atas bibit, perkandangan, pengelolaan reproduksi, kesehatan sapi, pakan, pengelolaan hasil (panen) dan pemasaran hasil.